~Orang yang tidak percaya bahwa Allah telah menjamin
rezekinya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah~ [Hasan Al-Bashri]
Manusia dalam menjalani kehidupannya sudah barang tentu membutuhkan harta, tetapi Islam menghendaki umatnya
tidak mesti berlebih-lebihan. Oleh karena itu, sebagai Muslim sudah seharusnya
memahami bagaimana cara menyikapi harta.
1.
Janganlah berlebih-lebihan dan janganlah mengambil selain haknya.
Rasulullah memberikan penjelasan yang sangat menarik soal
ini.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam
bersabda, “Demi Allah! Sungguh aku tidak khawatir terhadap kalian kecuali
mengenai perhiasan dunia (harta) yang diberikan oleh Allah kepada kalian.
Seorang lelaki pun bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah kebaikan (harta) itu
mendatangkan kejelekan?” Rasulullah bersabda:
“Kebaikan
itu tidaklah membuahkan/mendatangkan kecuali kebaikan. Sesungguhnya harta benda
ini nampak hijau (indah) nan manis (menggiurkan). Sungguh perumpamaannya
bagaikan rerumputan yang tumbuh di musim semi. Betapa banyak rerumputan yang
tumbuh di musin semi menyebabkan binatang ternak mati kekenyangan hingga
perutnya bengkak dan akhirnya mati atau hampir mati. Kecuali binatang yang
memakan rumput hijau, ia makan hingga ketika perutnya telah penuh, ia segera
menghadap ke arah matahari, lalu memamahnya kembali, kemudian ia berhasil
membuang kotorannya dengan mudah dan juga kencing. Untuk selanjutnya kembali
makan, demikianlah seterusnya. Dan sesungguhnya harta benda ini terasa manis.
Barang siapa yang mengambilnya dengan cara yang benar dan membelanjakannya
dengan benar pula, maka ia adalah sebaik-baik bekal. Sedangkan barang siapa
yang mengumpulkannya dengan cara yang tidak benar, maka ia bagaikan binatang
yang makan rerumputan akan tetapi ia tidak pernah merasa kenyang, (hingga
akhirnya ia pun celaka karenanya).”
(HR. Bukhari no. 6427 dan Muslim no. 1052).
2.
Sedekahkanlah sebagian hartamu.
Seperti yang dipahami sebagai Muslim kita mesti hidup berdampingan,
saling menolong, saling membantu dan tentu saja saling memberi. Terlebih secara
gamblang perintah bersedekah atau berinfak amat jelas tertera di dalam
Al-Qur’an.
“Tangan
yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas
adalah pemberi dan tangan yang di bawah adalah peminta-minta.” (HR.
Bukhari).
3.
Menjauhi sifat rakus.
Tidak sedikit manusia yang
awalnya cerdas, berbakti di tengah-tengah masyarakat dan santun berubah menjadi
bringas dan asosial kala mendapat jabatan atau kekayaan. Malah perilakunya
semakin buruk dan terus semakin keji hingga ajal tiba merampas semua
kesenangannya.
Rasulullah bersabda, “Manusia cepat menua dan beruban karena dua
hal, rakus terhadap harta dan rakus terhadap umur alias takut mati.” (HR.
Bukhari).
Namun demikian jangan disalah
artikan bahwa Islam seolah-olah anti terhadap harta. Justru Islam menganjurkan
umatnya rajin bekerja dan jangan sampai meminta-minta.
“Tidaklah
sikap meminta-minta terdapat pada diri seseorang di antara kalian, kecuali dia
bertemu dengan Allah, sementara di wajahnya tidak ada secuil daging pun.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, bekerjalah dengan penuh
kesungguhan, hemat dan berbagilah dengan sesama. Allah dan Rasul-Nya
menghendaki jangan sampai harta itu merajai diri kita. Andaipun harta kita
miliki bahkan dalam jumlah yang lebih dari cukup sampai pada jumlah yang sangat
banyak, jangan sampai iman justru terpenjara olehnya.
Kita mesti belajar bagaimana
menyikapi harta kepada Sayyidah Khadijah, Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman bin
Auf bahkan Sayyidah Aisyah yang tidak sedikitpun berubah imannya karena
memegang harta. Sebaliknya, harta itu menjadi kendaraan penting untuk mendapat
ridho-Nya. Itulah orang yang benar-benar kaya dunia-akhirat.
Sofyan Ats-Tsauri berkata,
“Sesungguhnya orang berharta bila dia zuhud di dunia, dan orang itu adalah
fakir bila dia gemar pada dunia.”
0 komentar:
Posting Komentar